Raihan, seorang pria berusia tiga puluh tahun, seorang pimpinan perusahaan besar telah menikahi seorang karyawannya yang bernama Fatmah. Raihan menikahi gadis itu karena sederhana dan kejujurannya. Namun ada hal yang membuat Raihan tertarik dengan gadis itu, yakni kelihaiannya meracik kopi yang sangat enak di lidah Raihan. Menurutnya, kopi racikan Fatma belum ada duanya. Satu lagi yang membuat Raihan tertarik pada diri Fatmah, yakni bola mata indah gadis itu yang bagaikan bola pingpong. Butuh enam bulan bagi Raihan untuk meyakinkan Fatmah agar gadis itu mau menerima dirinya tanpa banyak pertimbangan. Selain itu, bukan tidak ada aral melintang ketika keinginannya menikah ia utarakan kepada kedua orang tuanya. Menurut mereka, Fatmah adalsh seorang gadis yang mereka tidak kenal asal-usulnya. Namun Raihan berupaya keras agar gadis yang ia sukai itu diterima kedua orang tuanya. Dan berhasil. Setahun lebih dalam mengarungi pernikahan, mereka baru dikaruniai seorang putri cantik. Namun di tahun keempat pernikahan mereka, di saat putrinya berumur tiga tahun, Fatmah kerap mengalami kejadian aneh jika suaminya sedang tidak ada di rumah. Seperti pada hari itu, setelah menyuapi anaknya, Fatma terlihat tertawa sambil menatap anaknya lama. Lalu malamnya ia selalu mendengar suara memanggilnya. Tiga bulan mengalami hal itu tanpa sepengetahuan Raihan, sebab pada saat Fatma sadar ia berkeyakinan jika semua yang ia alami itu akan segera berakhir. Akhirnya, kejadian aneh pada dirinya itu mengalami puncaknya pada suatu malam. Saat suami dan anaknya sedang lelap, Fatma keluar rumah dan pergi bersama seorang wanita cantik, memakai tiara dan berpakaian serba putih. Dua puluh tahun kemudian, barulah mereka dipertemukan di sebuah kaki bukit.