Maryam tertegun saat pertama kali bertemu, kemudian mulai merasa illfeel saat mengenalnya, namun lambat laun illfeel itu berubah menjadi rasa sayang dan ingin memiliki. Sanggup kah Maryam bersaing dengan cita-cita laki-laki itu ? Haruskah ia melupakan perasaannya yang masih menunggu balas?