"Lo yang salah" Semuanya bagaikan sebuah mimpi yang tak terkendali. Dalam kepalanya, Damaresh mendengar mas Galan berteriak teriak tak jelas, suaranya samar samar, ia tak bisa memastikan. Kemudian berganti dengan suara plato yang melempar vas tepat kearah sampingnya, dan mengoceh padanya karena kyara yang merupakan perempuan yang ia sukai lebih mencintai orang selain dia. Ini pasti sebuah ilusi. Bahkan halusinasi yang tak bisa diakhiri. Damaresh mendengar piano yang di alunkan dengan sangat indah. Alunan yang memaksanya menoleh pada waktu ketika ia enggan jujur tentang segala rasa perih yang tak kuat ia tanggung. Dengan gontai, ia berjalan mengikuti tapak yang telah ada. Alunan itu menuntunya. Di tempat itu ia melihat seorang wanita duduk dengan anggun memainkan instrumen itu dengan lihai. Ia menoleh kearahnya kemudian tersenyum. "Namanya paradise" ucap wanita itu dengan lembut. "Musik paling indah ini buat abang"kemudian dia menghilang bagaikan debu yang diusap angin. Perlahan, dan tak meninggalkan jejak. Ia menangis. Dengan sekuat tenaga ia mengokohkan hati yang terasa sesak namun dipaksanya untuk jujur. Tanganya meremas kuat baju yang ia kenakan. Halisnya bertaut, matanya telah menggambarkan suatu luka yang disembunyikan sudah sangat lama. Air matanya terlanjur mengalir dan tak sempat ia menahan. entah sadar atau tidak, mulutnya mulai berbicara, "ibu, Abang sakit".All Rights Reserved
1 part