"Siapa yang ngemis, Sa. Keluarga Pak Hadi sendiri yang sudah sejak lama ingin menjadikan Nadia sebagai menantu mereka," sanggah Mama. "Tapi Nadia si keras kepala menolak dan lihat. Tiga hari lagi akad dan semua sudah siap. Tapi dibatalin begitu saja oleh Wira. Senang 'kan kamu bikin keluarga kita malu seumur hidup!" cerocos Kak Esa tanpa henti menyalahkan aku. "Cukup, Kak!" Lana kembali membelaku. "Sudah Lana. Jangan pernah bicara dengan suara tinggi pada Kak Esa. Aku tidak apa-apa kok." Aku mencoba tegar. Usiaku bukan lagi remaja labil apalagi anak-anak yang hanya bisa menangis. "Aku terima apapun keinginan Ayah sama Mama. Jika memang bisa menyelamatkan kehormatan keluarga kita," putusku. Lana menatapku tidak percaya. Ia tahu betul alasan apa yang membuatku menolak sebuah rencana pinangan itu dulu.
15 parts