Aku pernah bertanya kepada Ibu, tentang bagaimana cara dia bertemu dengan Ayah, bagaimana kisah itu bisa terjadi, dan bagaimana bisa takdir mempertemukan mereka. Namun alih-alih menjawab dengan jawaban yang aku mau, dia malah berputar, tiba-tiba berbicara tentang hidup, mati, dan abadi. Hidup, mati, dan abadi. Kata terakhir membuatku penasaran, jadi aku bertanya bagaimana caranya menjadi abadi, karena jujur, aku takut mati. Seumur hidup aku bersumpah, senyuman Ibu adalah yang paling manis yang pernah aku lihat, melihat bagaimana ia tersenyum sepanjang menjawab membuatku betah. Ia berkata, menjadi abadi bukan tentang bagaimana kau hidup sampai ribuan tahun, tapi bagaimana kau bisa dikenang sampai ribuan tahun lamanya. Dikenang dalam pikiran, dikenang dalam doa, dikenang dalam moment-moment tertentu, sampai dikenang dalam sebuah karya. Seperti bagaimana Ayah yang berhasil membuat Ibu menjadi abadi dalam karya-karyanya.