Aku pernah bertanya kepada Ibu, tentang bagaimana cara dia bertemu dengan Ayah, bagaimana kisah itu bisa terjadi, dan bagaimana bisa takdir mempertemukan mereka. Namun alih-alih menjawab dengan jawaban yang aku mau, dia malah berputar, tiba-tiba berbicara tentang hidup, mati, dan abadi.
Hidup, mati, dan abadi. Kata terakhir membuatku penasaran, jadi aku bertanya bagaimana caranya menjadi abadi, karena jujur, aku takut mati.
Seumur hidup aku bersumpah, senyuman Ibu adalah yang paling manis yang pernah aku lihat, melihat bagaimana ia tersenyum sepanjang menjawab membuatku betah.
Ia berkata, menjadi abadi bukan tentang bagaimana kau hidup sampai ribuan tahun, tapi bagaimana kau bisa dikenang sampai ribuan tahun lamanya. Dikenang dalam pikiran, dikenang dalam doa, dikenang dalam moment-moment tertentu, sampai dikenang dalam sebuah karya.
Seperti bagaimana Ayah yang berhasil membuat Ibu menjadi abadi dalam karya-karyanya.
Kaesar Morvayn Leonard, pemuda yang dikenal sebagai pemimpin geng Morvaylus, hidup dalam kekacauan dan pemberontakan. Namun, hidupnya berubah ketika ibunya mengungkap rahasia tentang ayah kandung yang selama ini tidak pernah ia kenal.
"Ibu akan menikah lagi. Keluarga calon suami Ibu... mereka tidak menerima masa lalu Ibu yang memiliki anak," ucap Marcia dengan suara serak.
"Kae, kamu harus menemui ayahmu. Kamu tidak bisa tinggal di sini lagi."
Terpaksa meninggalkan rumah, Kae memulai perjalanan untuk menghadapi masa lalu dan mencari jawaban, sambil melawan kemarahan dan rasa hampa yang membelenggunya.