Bagi setiap santri, menikah dengan seorang Gus adalah impian yang selalu diidam-idamkan. Namun, tak semua santri merasa pantas untuk menikahi Gus mereka yang pastinya ilmu agamanya yang tinggi sehingga siapa pun akan merasa tidak pantas bersanding dengan seorang Gus. Tak terkecuali Alma yang hanya seorang santri baru yang masih awam dengan ilmu-ilmu agama. Siapa sangka jika Gus Farhan yang merupakan putra dari pengasuh pesantren Al Munawir adalah seseorang yang berhubungan dengan masa lalu Alma. Pertemuan di masa kecil yang tidak disangka telah menimbulkan sebuah rasa tumbuh di hati keduanya. Sangat tidak masuk akal rasanya jika pertemuan singkat di masa kecil itu menumbuhkan sebuah rasa yang belum dipahami oleh anak yang belum mengenal cinta *** "Mau sampai kapan kamu berdiri di sana? cepetan masuk." Alma terkaget oleh suara seorang lelaki yang selalu membuat hatinya berdesir. "Emm, tapi Gus ... di luar aja ya?" pinta Alma kepada lelaki di depannya itu. "Saya maunya di dalam, kenapa kamu malah minta di luar?" Lelaki itu tertawa dalam hati saat melihat wanita di depannya itu kebingungan. "Sudah Alma, di dalam aja, kamu jangan ngelawan." Lelaki itu menarik tangan Alma hingga ke dalam kamar, wanita itu mau berontak, tapi cengkeraman lelaki itu begitu kuat dan tak sebanding dengan tenaganya. "Lepasin Gus, saya kira Gus ini orang yang paham agama, ternyata bukan, bagaimana bisa njenengan menarik seorang wanita yang bukan mahram Anda ke dalam kamar? Bahkan setelah njenengan melamar seorang wanita lain." Amarah Alma sudah tidak bisa dikendalikan lagi, ia begitu kesal dengan lelaki yang masih setia memegang tangannya itu. "Siapa bilang kamu bukan mahram saya?" Deg, apa maksudnya ini? Alma tak bisa berpikir jernih saat ini. "Dua hari yang lalu kamu sudah sah menjadi istri saya dan saya yakin kamu tidak bisa mengelak itu semua karena kamu juga memiliki perasaan terhadap saya." Serasa ada banyak kupu-kupu di perut Alma, bagaimana bisa ia tidak mengetahui hal ini?