Arvino #02 [21+] Bibirku mencium kasar lehernya, memberikan tanda kemerahan di sana, memastikan bahwa besok pagi wanita itu tidak akan bisa ke mana-mana karena tanda itu bisa saja merusak citra baiknya. Dia menggeram, meremas bahuku dengan kuat ketika aku kembali menekan tubuhnya padaku. "Helios tunggu...." Suaranya tertahan. Ciumanku naik menuju rahangnya, telinganya, pipinya... dan berakhir di sudut bibirnya. "Jangan munafik. Bukankah kau yang menginginkan hal ini?" bisiku sarkastis lantas mencium bibirnya... rakus, mendesak, dan begitu menguasai... sama sekali tidak memberikannya kesempatan untuk menolak. Aku meracuninya. Tanganku berlarian menuju punggungnya, menarik kaitan gaun tidur tipis yang dia kenakan untuk menggodaku dan melepaskannya. "Helios!" Dia mendorongku, berusaha mempertahankan kewarasannya. Meski begitu, mulutku masih mempermainkannya, menggigit pelan daun bibirnya, menggoda mulutnya dengan lidahku dan mengecupnya begitu dalam. Tidak memberikan cela untuk melarikan diri. Air mata tiba-tiba mengalir di pipinya. Dia terisak, membuatku lengah lalu... Plak-dia menarik diri, menamparku dengan begitu kuat, kemudian membuat jarak besar diantara kami berdua. "Brengsek!" Aku memegangi wajahku yang terasa panas dengan ekspresi kebas, akal sehat seperti mendesak kembali ke dalam kepalaku. "Aku tidak pernah setuju untuk kau sentuh!" Wajah terluka wanita itu menusukku. "Benarkah?" Aku tersenyum sinis. "Lalu kenapa kau tetap menyetujui pernikahan ini meski aku sudah memintamu menolaknya." Dia diam, dan aku tidak membutuhkan pembenaran apapun lagi. Wanita itu hanya ingin mengikatku. Dia sama liciknya dengan ayahnya yang ingin mengikatku dengan perusahaan mereka. Menundukanku karena tahu aku sama sekali tidak berdaya. "Kau adalah milikku." Desisiku penuh amarah. "Dan aku berhak menyentuhmu ratusan, ribuan kali... sampai kau menyesali pernikahan ini sama sepertiku, Sirenna Arvino." "Aku akan memastikan kau menyesalinya." --- ©️ NAMBYULL