Ia benci, ketika mereka tak mau di salahkan atas apa yang telah di perbuat, atas apa yang mereka mulai, atas apa yang telah mereka hancurkan. Ia benci, meski begitu, ia harus mengikhlaskan agar mendapatkan kehidupan yang baru, bukan?
Perihal mengikhlaskan, dirinya sudah melakukan hal itu dari lama, meskipun butuh waktu bertahun tahun untuk benar-benar mengikhlaskan semuanya, tak ada yang sempurna untuk seorang manusia, terutama untuk dirinya sendiri. Meski sudah mengikhlaskan semuanya namun tak bohong kalau rasa sakitnya masih ada pada relung hatinya yang tak terjamah, menjadi beberapa kepingan yang tak akan utuh kembali.
Semua kepingan hatinya yang patah, ia tuangkan disini, di dalam cerita ini.