"Kalau rumah tangga, bukan bangunan rumah, mau?"
"Iyuh! Tambah ogah! Lo, kan berniat punya bini empat. Say goodbye aja, ya,"
Syahdan-sahabatnya-tiba-tiba menawarkan sebuah pernikahan kepadanya. Padahal, selama ini Marsi tidak pernah menganggap Syahdan lebih dari itu. Tapi, usianya yang sudah mencapai tiga puluh tahun dan berstatus lajang membuat Marsi dihadapkan pada pilihan yang memaksanya keluar dari batas yang sudah dirinya atur dengan rapi. Katanya, because maybe, we need to go beyond the limit we have made. Sesederhana itu.
Lantas, bagaimana jika sebuah prinsip yang kuat justru bertindak bagai ujung tombak yang siap menghancurkan perasaan orang lain?
Bagi Mercy, kebahagiaan itu hanya dua:
1. Bisa tidur dan makan tanpa diganggu.
2. Sergio Romanos.
Perjuangannya untuk mendapatkan Sergio setelah bertahun-tahun berusaha akhirnya berhasil, dan kisah cintanya bersama Sergio adalah yang terbaik--menurutnya.
Namun hal itu tidak berlangsung lama karena kemudian Sergio minta putus dengan mengatakan: "She's probably pregnant with my baby."
Kebahagiaan itu lenyap sudah.
-----
Bagi Andrew, malapetaka itu hanya dua:
1. Ditinggalkan.
2. Dilupakan.
Dia tidak melupakan, maupun meninggalkan. Sebaliknya, dialah yang ditinggalkan.
Mengubur semua masa lalunya yang tidak ingin diingatnya adalah salah satu hal yang membuatnya tetap bertahan.
Tapi awan kelabunya berangsur bergerak saat dia bertemu dengan seorang residen bedah.
Malapetakanya pun berlalu.
-----
Klise memang mengharapkan dua tokoh utama untuk menjadi satu pada akhirnya. Tapi bukankah memang hidup harus selalu optimis untuk mengharapkan akhir yang bahagia?
"Aku nggak optimis."
"Bukannya hidup harus optimis?"
"Seharusnya. Bukan berarti selamanya optimiskan?"
"Dasar pesimis!"