"Izinkan Aku memutar waktu, supaya tak pernah ada pertemuan dengan mu." Ujar laki-laki dengan manik mata yang terlihat sendu. "Kamu kenapa?" "Atau memilih kembali lagi pada pertemuan pertama kita waktu itu. Aku akan bersikap lebih dingin, bahkan tak akan mengubris semua perkataan mu. Agar kita tak terjebak dalam rasa yang menyakitkan seperti ini." Sambung laki-laki tersebut kembali. "Stop! Aku tidak ingin mendengar kata-kata apapun lagi keluar dari mulut kamu." Ujar Arshilla sambil menutup telinganya kuat, diikuti mata yang sudah berubah menjadi merah. "Arshilla, tolong jangan keras kepala!" Arshilla hanya menatap lurus laki-laki yang berdiri di hadapannya dengan mata sendu, seperti sebuah tekad tertanam di matanya yang sayu. "Aku memang keras kepala dari dulu, tapi lihat? Aku bisa mencairkan hatimu yang membeku. Perihal kepergianmu, biarlah menjadi urusanku. Aku yang mencairkan hati itu, maka aku juga yang akan memperjuangkannya dengan seluruh tenagaku." Sejak kepergiannya, Arshilla memilih bungkam perihal perasaannya, sebab ia tahu mencintai tidak semudah yang ia harapkan. Cinta baginya seperti lautan, ia tidak bisa mengetahui di kedalam berapa dirinya akan di hadapkan oleh pilihan antara rasa sakit ataupun rindu yang tak memiliki tuan. Akankah cinta yang di perjuangkan Arshilla berbuah manis ataukah takdir mematahkannya dengan miris? Seperti cuaca yang berubah takdir Tuhan pun tak pernah dapat diduga. ****** Karya novel dari salah satu member Komunitas Literasi Inspirasi yang bernama @Shrlnprns Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komennya!All Rights Reserved
1 part