Ada nggak sih manusia bumi yang hidupnya monoton banget nggak ada cabang-cabangnya kayak aku? Setiap hari cuma jalani hidup seadanya. Nggak ada perlawanan, udah kayak hidup nggak mau tapi mati aja segan. Selalu nurutin perintah orang tua, disuruh ini itu nurut. Bahkan di suruh nikah sama orang yang nggak dikenal pun tanpa sungkan langsung ngangguk. Nggak nolak atau apa pun itu?
Kayaknya cuma aku deh manusia bumi yang pantas banget dikasih penghargaan sebagai manusia terbaik. Di lamar sama orang asing--yang konon katanya temen paud langsung ngangguk aja nggak banyak protes. Cuma bisa berserah diri sama Tuhan semoga dibukakan jalan mudah selebar-lebarnya.
><><
"Calla, saya izin bawa kamu ke apartemen boleh?"
"Ada cewek lain nggak, Mas? Saya ini tipikal cewek baik-baik yang memusuhi buaya!"
"Tenang saja. Kamu cewek pertama yang saya bawa ke sana! Nanti malam jangan lupa, malam pertama kita!"
"........"
"Boleh kabur nggak sih?"
"Nggak boleh, kamu sudah saya bawa masuk ke dalam hidupnya seorang Aditya Arsenio. Saya jamin kamu akan bahagia!"
"Eitss, jangan lupa headset bluetooth saya di kembalikan. Nanti saya belikan yang baru, khusus buat kamu, istri saya!"
Yuk, baca keseruan kehidupan Calla Heelwa dan Aditya Arsenio. Langsung ke prolog, ya?
Jangan lupa dukungannya!
Nela rasa sejak Mama nya mengetahui sahabat gadis itu bahagia dengan suami dan anak kembar, membuat Mama ingin Nela segera menikah. Sehingga dengan terpaksa Nela menerima kesepakatan yang diajukan oleh Kiki untuk menghindari dirinya dari segala hal yang menyangkut tentang perjodohan yang mungkin akan terus dilakukan oleh Mama.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, Kiki semakin lama terlihat semakin berbeda. Seakan bukan laki-laki yang bertemu dengannya pertama kali dirumah sakit ataupun laki-laki acuh yang mengajukan kesepakatan malam itu.
Sehingga Nela takut akan jatuh kedalam pesona laki-laki itu.
Hingga pada akhirnya satu kalimat sakral itu meluncur dari mulut Nela. "Ayo kita menikah, Bang."
Kedua sudut bibir Kiki terangkat. "Dengan satu syarat!"