Ada nggak sih manusia bumi yang hidupnya monoton banget nggak ada cabang-cabangnya kayak aku? Setiap hari cuma jalani hidup seadanya. Nggak ada perlawanan, udah kayak hidup nggak mau tapi mati aja segan. Selalu nurutin perintah orang tua, disuruh ini itu nurut. Bahkan di suruh nikah sama orang yang nggak dikenal pun tanpa sungkan langsung ngangguk. Nggak nolak atau apa pun itu?
Kayaknya cuma aku deh manusia bumi yang pantas banget dikasih penghargaan sebagai manusia terbaik. Di lamar sama orang asing--yang konon katanya temen paud langsung ngangguk aja nggak banyak protes. Cuma bisa berserah diri sama Tuhan semoga dibukakan jalan mudah selebar-lebarnya.
><><
"Calla, saya izin bawa kamu ke apartemen boleh?"
"Ada cewek lain nggak, Mas? Saya ini tipikal cewek baik-baik yang memusuhi buaya!"
"Tenang saja. Kamu cewek pertama yang saya bawa ke sana! Nanti malam jangan lupa, malam pertama kita!"
"........"
"Boleh kabur nggak sih?"
"Nggak boleh, kamu sudah saya bawa masuk ke dalam hidupnya seorang Aditya Arsenio. Saya jamin kamu akan bahagia!"
"Eitss, jangan lupa headset bluetooth saya di kembalikan. Nanti saya belikan yang baru, khusus buat kamu, istri saya!"
Yuk, baca keseruan kehidupan Calla Heelwa dan Aditya Arsenio. Langsung ke prolog, ya?
Jangan lupa dukungannya!
Ini tentang Dishana, perempuan yang memiliki nama ambigu sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman.
Ini juga tentang di sana, dimana yang terlihat tertawa belum tentu bahagia, menangis belum tentu menderita.
Dishana, di sana?
Terdengar sama, namun memiliki makna berbeda.
_________________________________________
"Di sana...."
Suara lantang dari lelaki yang berdiri di atas podium itu membuat perempuan yang merasa namanya di panggil mengangkat tangan dengan percaya dirinya.
Hening, semua mata tertuju kearahnya.
"Kenapa berdiri?" Tanya sang pemanggil nama dengan tatapan heran.
"Kakak tadi manggil nama saya?"
"Siapa? nggak tuh."
"Dishana. Itu nama saya kak."
"Di sana." Tekan lelaki itu menunjuk kearah ruangan di bagian itu Utara.
"Di sana tempat kalian semua kumpul setelah istirahat nanti."
Penjelasan lantang itu membuat seluruh orang berusaha keras menahan tawanya.
Wajah Shana memerah menahan malu, berusaha keras ia menampilkan raut biasa.
"Dishana." Kakak tingkat itu menatap kearah Shana dengan serius.
Merasa kali ini benar dirinya terpanggil, Shana menjawab. "Iya kak?"
"Di sana senang, di sini senang dimana-mana hatiku senang." Langkah santai diiringi senandungan keras meluapkan tawa tertahan semua orang di sana.
Sial! Bisakah Dishana mengurus akta kelahiran dan kartu keluarga di dukcapil untuk mengubah namanya?
__________________________________________