Ketika sang Rembulan memancarkan sinarnya yang mengundang banyak rangkaian peristiwa 'tuk dijamah, saat itulah mereka melangkahkan kaki mereka di antara rimbunnya pepohonan yang tepat di tengah kegelapan. Riuh suara daun yang terinjak menjadi teman di kala hening melanda. Tentu saja, status dan kubu mereka membuat dinding yang sangat sukar untuk dihancurkan di antara mereka.
Walau begitu, seiring berjalannya waktu, perlahan pembatas itu hancur ditelan kebersamaan dan kehangatan yang senantiasa mengiringi perjalanan mereka. Tak ada siang di kamus mereka, tepat, rimbunnya hutan membuat mereka tak tahu siang dan malam. Goa yang selalu saja jadi perantara antar rahasia harus dilalui dengan penuh tekanan juga kegelisahan.
"Daksara, baik di masa lalu maupun masa kini. Aku menyayangimu, sungguh. Namun sayang, rasa benciku lebih besar dari itu. Seharusnya kamu tak tahu tentang dunia yang luas ini, tapi, sepertinya kamu sudah tahu, ya?"
Langkah Pertama, 12 September 2022.
"Papa jelek."
Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya.
"Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara."
"Jelek!"
"Buta!"
"Jelek!"
"Buta!"
"Lebih tampan Kak Jendla, wlee..."
"Apa kau bilang!"
°°°°
Pembantaian keluarga konglomerat bermarga 'Lancester' menjadi hot news headline di portal berita online beberapa minggu terakhir.
'Mengerikan' itulah satu kata yang ada di dalam benak semua orang. Bagaimana tidak, seluruh anggota keluarga di temukan mati dalam keadaan tubuh terkoyak benda tajam.
Karena tragedi itu lah, hidup Arbie sang korban sekaligus putri tunggal keluarga 'Lancester' berubah 180°.Dengan takdir tuhan, jiwa nya yang berumur 17 tahun berpindah ke raga balita yang baru menginjak usia 3 tahun.