Belasan tahun berlalu persahabatan mereka masih terjalin dengan begitu erat, rasa cinta, dendam, sakit hati, mengikhlaskan mereka semua sepakat menguburnya dalam-dalam belasan tahun silam dan tidak pernah mengungkitnya kembali. Mereka berjalan di masa depan dan berbahagia dengan pasangan masing-masing namun, mereka lupa seakan bom masa lalu itu akan meledak tiba-tiba melalui anak-anak mereka sendiri. Mampukah mereka menghadapinya kali ini ataukah masa lalu menjadi pemenangnya kali ini? ••• "Wah kita benar-benar jadi keluarga besar ya?" "Persis seperti keinginan Papa yang mau rumahnya rame dengan anak-anak," ••• "Sejak kapan aku harus memanggil pria di depan aku ini uncle hah? Atau perlu aku jelaskan sama semua orang disini bahwa aku ---" "Hentikan!" "Sampai kapan hubungan ini? Aku muak!" "Aku punya istri, Zia! Aku punya anak. Aku juga gak tahu kalau kamu bertahan sejauh ini?" "Lalu cincin ini artinya apa? Kamu bilang kamu gak cinta sama istri kamu, sejak aku kecil aku cinta sama kamu dan kamu tahu itu!" ••• "Kita sepakat lupain semuanya!" "Ya, sampai aku hilang akal hanya untuk melupakan kamu," "Aku harap besok pagi saat kita bangun, percakapan ini hanya mimpi sesaat, permisi." "Separuh hati aku masih milik kamu, Cha. Saat kamu sedih pejamkan mata kamu dan disitu ada aku," "Ini lebih dari menyedihkan tapi, ini menyakitkan!" ••• "Kamu kenapa? Ada yang salah dari pertanyaan saya?" "Kamu gak tahu aku siapa?" "Kamu tiba-tiba memanggil nama saya tapi, saya tidak merasa mengenali kamu sebelumnya? Dan kamu menangis sendirian disini saya khawatir bagaimana kalau ada orang jahat apalagi kamu seorang gadis," ••• "Tawaran lo tiga bulan lalu masih berlaku? Tawaran yang kita bicarakan saat di Macau!" "Kalau masih berlaku gue bersedia menerima tawaran itu dan memang butuh lo untuk mendobrak pintu Awwalun yang udah tertutup itu!"
117 parts