Waktu itu, Naela pikir keputusannya menerima tanggung jawab sebagai presiden mahasiswa adalah suatu hal yang tepat. Sebab ia sangat yakin jika teman-teman yang memilihnya akan bersama-sama membantunya memperbaiki pondasi serta memperkokoh pilar organisasi yang telah retak. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan melaksanakan seluruh tugas dengan sekuat tenaga meski sedari awal niatnya memang setengah hati. Ia akan berusaha menjadi seseorang yang berintegritas dan sebisa mungkin konsisten bersikap profesional ketika mengemban amanah itu. Namun, segalanya mulai berubah begitu dia benar-benar melaksanakan tanggung jawabnya. Bukan hanya permasalahan internal yang sulit diatasi. Hubungannya dengan pihak luar organisasi membuatnya nyaris ingin menyerah dan memilih hengkang jika saja tak mempertimbangkan pandangan banyak orang mengenai kualitas dirinya. Ia tidak mau diragukan. Ia tidak suka dianggap sebagai manusia yang tidak menjalankan tanggung jawab dengan baik. Maka dari itu, walau harus tertatih dan penuh perjuangan keras, Naela akan melakukannya sampai selesai, hingga masa jabatannya berakhir. Sementara itu, di sisi lain, ada seorang pemuda bernama Naeka Adhyaksa Pangalila yang juga menjabat sebagai presiden mahasiswa tapi di kampus yang lebih besar. Naeka tentu berbeda dengan Naela. Problematika-problematika yang di hadapi Naeka hanya sebatas permasalahan organisasi pada umumnya. Dua insan yang sama-sama berjuang menjalankan tanggung jawab dengan tantangan dan porsi niat yang berbeda. Hal itu tentu akan membedakan isi catatan mereka juga--catatan selama memangku jabatan yang sama. Atau justru akan ada satu dua goresan tinta di catatan mereka yang berisi kisah tak terduga antara keduanya. Note : -merupakan karya pertama -fiksi -dont be sider, please! Selamat membaca.
30 parts