"Bego banget sih," beo Jenar pada cowo yang ia papah.
"Ishh, nggak boleh ngomong kasar. Cium juga nih!" ancam cowok itu kesal mendengar Omelan panjang. Mulutnya mengerucut menatap Jenar yang masih mengomel.
"Ya kamu jadi orang ngapain pake acara tawuran segala." Jenar menekan ujung bibir cowok itu yang memar. Si cowok hanya bisa mendesis dan mengambil alih tangan itu untuk dikecup berkali-kali.
"Kan cowok," kilah cowok itu dengan nada manja.
"Emang semua cowok wajib tawuran?," cengo Jenar menatap polos cowok itu.
"Kalo lagi kambuh innocent nya jadi gemes," ujar cowok itu tiba-tiba sehat. Ia langsung sigap mencubit pipi chubby Jenar, gadisnya.
"Ihh kamu boong ya? Sehat gini, segala minta jemput." Jenar menatap garang cowok yang sok lemah di depannya.
"Aduh sayang, sakit banget akhhh lemes aduduhhh." Cowok itu mendramatisir keadaan, meminta rangkul lagi dengan gadis pujaannya.
Beberapa teman cowok itu sudah tak heran lagi, memang hanya didepan Jenar cowok itu bertingkah manja. Lain halnya dengan image cool dan galak yang sudah tersebar luas ke antero sekolah dan jalanan.
------
"Kamu terlalu bertele-tele, Papa nggak yakin kamu tetap pada prinsip. Kalau kesabaran papa sudah habis, papa akan menjalankan rencana papa sendiri," sarkas pria paruh baya pada putranya.
"Papa nggak perlu ikut campur, serahin semua sama aku Pa." Balas cowok itu sebelum keluar meninggalkan ruangan.
------
Bagaimana jika nanti tiba-tiba mereka terpisahkan? Jenar itu versi cewek dari pacarnya. Sikap keduanya begitu mirip, hanya saja Jenar lebih ceplas-ceplos dibandingkan cowoknya yang irit bicara.
Akankah cowok itu tetap pada pendiriannya untuk membalaskan dendam? atau justru terjebak atas permainannya sendiri?
pemuda manipulatif yang bertransmigrasi jiwa ketubuh remaja berandalan yang dibenci orang-orang.
BUKAN BL! Full revisi beberapa alur dan karakter terubah, disarankan membaca ulang.