7 parts Ongoing Sejak usia lima tahun, Bumi Narendra hidup dalam bayang-bayang kebencian ibunya. Larasati, wanita yang seharusnya menjadi tempat paling aman baginya, justru menjadikannya sebagai kambing hitam atas kematian suaminya, Miko. Baginya, Bumi bukan anak-melainkan pembunuh yang merenggut kebahagiaannya.
Di rumah, ia diabaikan. Setiap kata dari bundanya adalah luka yang tak terlihat, setiap tatapan adalah pengingat bahwa ia tak diinginkan. Sementara itu, adiknya, Bintang, menaruh dendam yang tak kalah dalam. Bintang membenci bagaimana Ayah Fatir-ayah kandungnya-lebih menyayangi Bumi daripada dirinya sendiri.
Di luar rumah, keadaan tak lebih baik. Reza dan gengnya tak pernah melewatkan kesempatan untuk menghancurkan dirinya. Ditertawakan, dihina, dipukuli-semua sudah menjadi rutinitas. Namun, yang paling menyakitkan bukan pukulan atau cacian, melainkan kenyataan bahwa tak ada seorang pun yang peduli.
Tak ada tempat untuk pulang. Tak ada pelukan yang menenangkannya. Tak ada suara yang berkata bahwa ia diinginkan. Satu-satunya yang bertahan di sisinya hanyalah Aurora, gadis yang mengerti luka-lukanya lebih dari siapa pun. Hanya Aurora yang tahu bahwa di dalam kepala Bumi, ada suara-suara yang terus berbisik, menyiksanya, menyeretnya ke dalam kegelapan.
Suatu hari, Bumi menyerah. Dalam keheningan malam, ia memilih pergi dengan caranya sendiri.
Ketika tubuhnya ditemukan tergeletak di lantai, dengan pergelangan tangan penuh darah, semuanya baru tersadar-tetapi apakah sudah terlambat?
Apakah seorang anak yang telah lama dibuang masih bisa menemukan jalan pulang ke pelukan bundanya? Atau apakah pelukan hangat itu memang tak pernah ada untuknya?