Tak akan ada dendam yang padam begitu saja, bahkan api pun memerlukan asap untuk perpisahan. Anak angsa, tersesat di rawa yang lebat, entah apa yang ada disetiap balik rerumputan yang menjulang tinggi itu. Entah apa, yang ada dibelakang, bahkan dalam jernihnya air itu. Apakah dengan tariannya dalam air, mampu membantunya melawan rasa takut? Kala air itu berubah warna merah pekat. Angsa memaki, tetapi tersenyum. Menari bersama dengan pisau kecil di mulutnya. Gerakan yang anggun, membuat rembulan memberikan pelukan yang hangat untuknya. Namun, siapa sangka? Target anak angsa itu ternyata si rembulan, yang nyatanya sudah mengambil cahaya untuk si angsa kecil itu. Mengambil tempatnya untuk terlelap, hingga, ia luntang-lantung ke rawa hingga ke tengah hutan dengan kebencian.