Maisha, gadis Palembang berparas cantik yang ikut pindah bareng keluarganya ke Jawa. Di sana dia beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Banyak pria yang mendekatinya, tetapi hanya lelaki tampan bermata sipit yang berhasil membius perasaannya. Setengah tahun berseragam putih abu, lelaki bermata sipit menembaknya. Jelas, sesuatu hal yang membuat jiwanya terbang melayang ke angkasa. Namun, baru beberapa bulan memadu kasih, gangguan seolah berdatangan. Maisha dan Farel (lelaki bermata sipit) sepakat untuk tidak menghiraukan cuitan orang. Asmaraloka mereka berdua terjalin begitu indah. Tidak ada angin, tidak ada hujan ... Farel memutuskan hubungan secara sepihak. Hati Maisha hancur berkeping-keping. Faktor apa yang menyebabkan Farel tega meninggalkan Maisha? Akankah mereka kembali bersama?