Air Mata Di Pintu November {Ongoing}
11 parts Complete BAGIAN KEDUA SAPTA HARSA || KLANDESTIN UNIVERSE
Pemuda jangkung itu menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Namun, rasa kehilangan itu terlalu besar untuk diabaikan. Ia duduk termenung, memainkan cincin sahabatnya yang ia bawa. Senyum tipis muncul di wajahnya, kontras dengan matanya yang mulai basah. "Hancur," bisiknya, suara getirnya hampir tak terdengar di tengah malam yang sunyi.
Pemuda itu tertawa getir, air matanya mengalir tanpa henti. "Gue gagal jagain rumah gue," katanya dengan nada penuh penyesalan. Kata-kata itu menggema di kepalanya, mencabik-cabik hatinya yang rapuh.