"Kamu mau ke mana?"
"Ini jam makan siang, Pak Kades. Aku mau makan siang terus kembali bekerja," jawab Nel tak acuh.
"Seperti punya pekerjaan saja," cibir Aakesh.
"Bapak tidak lihat saya tadi sedang apa? Itu bagian dari pekerjaan," sembur Nel.
"Pekerjaan apa jika menggoda pria seperti itu?" geram Aakesh kemudian menarik tangan Nel untuk dihadapkan padanya.
"Dengar, Nel! Menggoda banyak pria seperti itu tidak akan baik untuk kamu. Nanti kamu akan di pandang rendah dan gampangan oleh mereka. Sebagai perempuan kamu harus memiliki harga diri!"
"Bukankah bagi Mas Aakesh, janda seperti Nel ini sudah rendahan? Untuk apa Nel masih menunjukkan arogansi dan mendambakan penghormatan dari orang-orang? Untuk apa, Mas? Hidup ini Nel yang menjalani dan hanya Nel yang tahu. Untuk apa Nel mendengarkan pendapat mereka tentang Nel kalau mereka saja tidak mau mendengarkan pendapat Nel tentang mereka?"
Aakesh terdiam karena perkataan Nel yang masuk akal.
~
Kisah Nel, si janda genit yang baru enam bulan ditinggal meninggal oleh suaminya, merasakan jatuh cinta lagi setelah kedatangan Aakesh menjadi Kepala Desa baru di desanya. Namun, Aakesh yang dingin tidak menanggapi Nel. Apalagi dengan status Nel dan desas-desus warga yang mengatakan soal keburukan janda itu membuat Aakesh ilfeel. Mampukah Nel menaklukkan hati Aakesh yang sejatinya sudah dijodohkan dengan gadis lain oleh orang tuanya itu?
Mulanya, maksud Miura Nara menerima pernyataan cinta berondong tengil yang terus mengganggunya, adalah untuk membuatnya kapok. Dia sudah menyiapkan 1001 tingkah menyebalkan yang akan ditunjukkan selama masa uji coba berpacaran. Dengan begitu, berondong menyebalkan berstatus pacar magang itu memilih pergi meninggalkannya.
Sialnya, ini tidak semudah yang Miura kira. Terlebih saat dia harus tinggal satu atap bersama pacar berondongnya dengan hormon belum stabil alias sangean.
Miura Nara dalam masalah baru yang lebih besar dari sekadar Askara Tarachandra Manggala.