Bukan Antagonis
  • Reads 18
  • Votes 4
  • Parts 2
  • Reads 18
  • Votes 4
  • Parts 2
Ongoing, First published Sep 25, 2022
Semua berubah, hidupnya sekarang makin hancur berantakan. Rasa bersalah terus bersarang di rongga dadanya. Menyebabkan rasa perih yang teramat sangat. Nafasnya sesak, dia tak bisa tidur dengan nyenyak setiap malam. Suara itu, suara anak kecil itu selalu terngiang di telinganya. Tawanya, senyumnya, bahkan usapan hangat yang anak itu berikan di tangannya saat ia tak bisa berbuat apa-apa masih terasa dengan jelas.

Jika ditanya, apa dia pernah merasa bersalah dan menyesali semua perubahan yang terjadi pada dirinya atau bahkan hidupnya maka jawabannya adalah pernah. Ada masa dimana dia menyesali semuanya, dan ketika masa itu terjadi semua sudah terlambat karena penyesalan selalu datang di akhir bukan di awal.

"Maaf... Sekali lagi saya gagal menjalankan peran menjadi ayah setelah saya gagal berperan menjadi adik yang baik untuk anda."

Ini cerita tentang si protagonis yang berubah menjadi antagonis karena tekanan hidup dan tuntutan yang ia terima setiap hari.

•

•

•

• 

•

sekuel Tentang Haikal.
Start      : 26 September 2022.
Publish  : 2 Desember 2022.
End        : -
All Rights Reserved
Sign up to add Bukan Antagonis to your library and receive updates
or
#64konflikkeluarga
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
After Graduation cover
Rafa [End💗] cover
Kisah Tak Sempurna cover
Kesayangan Bunda cover
oneshoot twoshoot Bp  (Treasure) 🔞 cover
brother ; drarry cover
BABY CHANIE cover
Selena (Wanita Panggilan) cover
The Best Of Miracle cover

Dosa Ku

76 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.