This story Minor!
Tolak ukur kebahagiaan biasanya dilihat dari apa? Uang? Tentu itu akan menjadi jawaban paling konyol yang akan kalian dengar. Termasuk Minor, remaja itu bahkan tidak bisa menemukan kebahagiaan diantara puing-puing harta yang begitu berlimpah.
Garis kebahagiaan yang semesta tulis ternyata sudah berakhir. Hidupnya kini tidak pernah jauh dari kata kehilangan, penderitaan, dan gelar si 'pembawa sial.' Minor benci, benci mendengar kata-kata menyakitkan seperti itu. Dia bahkan tidak berharap menjadi bagian, ataupun perusak kebahagiaan sebuah keluarga.
Namun, lagi-lagi kehidupannya sudah diatur. Minor tidak diizinkan untuk mengeluh, yang harus dia lakukan, ialah bersyukur. Bersyukur untuk apa yang dia dapat.
"Panggil Papi, ya, Minor?"
"Y-ya, O--om?"
"Papi!"
_________
Brothership, is not romance!
Cover mentahan by pinterest
Edit by pisArt!
No plagiat yaaaa karena cerita ini murni ditulis oleh tangan yang belum sempat digenggam Taehyung!
[BROTHERSHIP] [SEDIKIT FRONTAL(?)]
KONFLIK RINGAN
Dewi membawa anaknya, Ravin, jalan-jalan di sebuah taman dan bermain bersama dengannya. Ia berpesan pada Ravin untuk menunggunya setelah selesai bermain karena ia ingin membeli sesuatu.
Setelah Ravin selesai bermain, ia menunggu sang ibu. Namun, setelah lama menunggu, ibunya tak kunjung datang.
"Mama, di mana?"