Kakiku dua lebih banyak darinya tapi tak pernah bisa membersamai langkahnya. Tubuhku yang tak semampai hanya mampu memberi ruang sempit untuk dia berpangku tangan sembari menyisir kusut dalam kepalanya. Dari sudut pandang sebuah meja lipat, aku berharap senyumnya tak kalah binar dari cahaya lampu langit-langit kamar. Tumpah meruah agar bisa senyum merekah.