cerita silat fiksi, yang di awali rasa dendam dan sakit hati seorang pemuda bernama Sarwo Tejo yang kemudian karena wajahnya yang hitam lebih di kenal dengan Sarwo Keling.
Cinta nya di tolak oleh Roro Retno adik seperguruannya, ia lebih memilih seorang pemuda bernama hangga yang sebenarnya pun juga saudara seperguruannya sendiri.
Hingga pada suatu hari, Sarwo Tejo meminta pada agar masalah cinta itu di selesaikan dengan adu kepandaian ilmu silat, sampai salah satu diantaranya ada yang kalah atau mati.
Sarwo Tejo kalah, namun tidak di bunuh oleh hangga karena permintaan Roro Retno.
Hal ini lah yang justru mengawali petaka, dan jadi penyebab kematian keduanya, Hangga dan Roro Retno.
Dan dengan majunya desa karang Rejo, fitnah, iri dan dengki timbul di hati para pejabat istana, satu di antaranya tumenggung menak wirogento yang ingin membumi hanguskan desa tersebut.
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya akan ada efek samping, salah satunya patah tulang."
Satu bait penjelasan medis yang malah membuat mata dr. Adis berkaca-kaca ingin menangis. Padahal penjelasannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kisah hidupnya. Namun ketika ia renungkan semakin dalam, analogi itu sangatlah cocok.
Bahwa ia bertemu dengan seorang pria yang sedang sekarat dalam urusan percintaan. Seorang pria yang pernah patah hati hingga mati rasa. Jantung bagian percintaannya berhenti berdetak. Lalu dengan polosnya, Adis mencoba memberikan pertolongan dengan cara menyentuh jantung hatinya. Memberi tekanan-tekanan cinta, berharap jantung hati pria itu akan kembali berdetak normal hingga bisa kembali merasakan jatuh cinta.
Namun sayangnya Adis tidak memperhitungkan lebih jauh lagi bahwa berhasil atau tidak berhasilnya resusitasi yang ia berikan pada pria itu, tetap akan menimbulkan efek patah hati.