25 chapitres En cours d'écriture Mia kerja cuma cari uang, bukan cari pasangan. Tapi hidup bilang: "Yuk, sekamar sama atasan baru yang ganteng, jutek, dan vibes-nya kayak es batu."
Dan parahnya, setiap kali Mia ngomel... dia malah senyum. Menyebalkan? Banget. Tapi kok deg-degan?
Kai, atasan baru yang misterius, irit bicara, tapi kayaknya punya radar khusus buat muncul di momen paling bikin jantung lari maraton.
Awalnya cuma kerja bareng. Lalu nyasar bareng. Lalu... mikir bareng:
"Kenapa sih, kamu yang sering muncul di kepala aku belakangan ini?"
Mia sadar: dia udah dewasa. Harusnya udah mikirin pasangan hidup, bukan drama kantor.
Tapi tiap kali nanya ke diri sendiri, "Kapan ya aku nemu yang pas?" jawabannya cuma: "Nggak tahu, besok mungkin?"
Mereka gak pacaran. Gak flirting juga.
Cuma sering bareng, sering debat receh, dan sering saling tatap sambil mikir:
"Ini normal nggak sih? Atau kita berdua udah mulai halu?"
Ini kisah dua manusia waras yang denial, tapi baper kronis. Dan sayangnya, cinta kadang datang pas kamu lagi sibuk... ngisi laporan.