ini bukan hanya tentang nostalgia tetapi tentang kerinduan yang sangat mendalam kepada mereka, kota itu dan setiap sudut kota yang berhasil menjadi kenangan indah bagi Sabiya Narendra. Mereka dan kota itu bagi Sabiya bagai buku yang tak pernah memiliki epilog di kehidupannya, karena memang Sabiya sendiri yang memutuskan bahwa mereka semua dan kota itu tak pernah dituliskan dalam prolog kehidupan Sabiya. Sabiya tak pernah terbayangkan semuanya terjadi dalam hidupnya, mungkin jika melihat dari sisi buruknya Sabiya akan berkata bahwa tiga tahun terakhir di kota itu menjadi kenangan pahit yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, tetapi jika Sabiya melihat tiga tahun terakhirnya bersama Anindita dan Kiran -kedua sahabat yang menemaninya- maka Sabiya akan berkata tak pernah ada sedetikpun waktu dalam hidupnya yang ia sesali bersama kedua sahabatnya. Sabiya juga tidak hanya akan bercerita tentang kedua sahabatnya tetapi juga tentang laki-laki berkacamata dengan lesung pipi di pipi kanan dan kirinya yang berhasil menemani Sabiya disaat semesta serasa membenci dan mengutuk Sabiya diwaktu yang bersamaan Ini bukan kisah cinta bak Habibie - Ainun atau Ali - Fatimah. Disini Sabiya ingin bernostalgia dan menikmati kerinduan lima tahun terakhir ia merindukan semua yang selama ini ia tinggal