Aku tidak yakin jika alam semesta ini merupakan antroposentris. Pada usiaku yang ke-17, aku berdo'a agar diberikan banyak sekali keajaiban di tahun tersebut. Namun, aku tidak berdo'a secara spesifik seperti yang Tuhan harapkan. Kejadian-kejadian tidak terduga mulai meramaikan duniaku, dan sejak itulah aku mulai mencintai hal-hal yang eksentrik. Rasa penasaran membawaku lari dan meninggalkan kehidupan yang nyaris sempurna namun membosankan. Suatu hari, aku menyadari telah berpetualang terlalu jauh. Jejak-jejak yang pernah aku telusuri hilang sehingga secakap apapun keahlian dan intusisi yang aku pelajari bersama sahabatku---Kalil---sama sekali tidak dapat mencegahku tersesat.