SOSOK SEMPURNA

"Shel, lho suka gak sama Pak Aldo?" tanya Atin dengan penasaran, mencoba menggali perasaan Ashel terhadap Pak Aldo.

"Jujur gue bingung, Tin. Gue suka, tapi gue belum siap. Lho pasti paham kan, Tin?" jawab Ashel, suara penuh kebingungan, tampak frustasi dengan perasaan yang sedang bercampur aduk di dalam hatinya.

Melihat Ashel yang terlihat bimbang, Atin tersenyum dengan sedih, kemudian ia memegang kedua tangan Ashel. Dengan lembut, Atin mencoba memberi saran dan menyemangati sahabatnya.

"Gue ngerti kok, Shel," ucap Atin dengan suara penuh pengertian, "yang penting lho harus yakinin diri dulu. Lho harus bisa hapus rasa takut yang ada di hati. Sama satu lagi, masa lalu itu seperti air sungai yang mengalir ke hilir. Lho gak bisa bendung airnya terlalu lama, Shel. Lho harus berdamai dengan hal itu. Biarkan air sungai itu mengalir. Gue yakin lho bisa berdamai dengan semuanya."

Ashel terdiam sejenak mendengar kata-kata Atin. Ada kehangatan dalam kata-kata sahabatnya yang seakan memberi petunjuk untuk keluar dari kebingungannya. Ashel mengangguk pelan, merasakan bahwa mungkin, memang sudah saatnya untuk melepaskan masa lalu dan membuka ruang untuk masa depan.

"Thanks, Tin. Gue bakal coba. Gue janji, gue akan berusaha," ucap Ashel, suaranya terdengar lebih tenang meskipun masih ada keraguan di dalam hatinya.

Atin hanya tersenyum, menepuk bahu Ashel dengan penuh perhatian. "Lho pasti bisa, Shel. Gue percaya sama lho."

Mendengar kata-kata itu, Ashel merasa sedikit lebih ringan. Memang, tidak mudah untuk melepaskan rasa takut dan masa lalu, tapi jika ia ingin maju, ia harus berani menghadapi semuanya, termasuk perasaannya terhadap Pak Aldo.