Galih Rampas

Syahdu malam memaksa Jenar Kinanti melepaskan Willaga Nastiti. Mata terpejam membendung bulir putih yang tidak ingin dikeluarkan. Tidak satu tujuan dirasakan wanita cantik yang memiliki ketegaran seperti batu karang.

Wajah sayu diam terpaku menatap pusara dengan batu nisan bertabur kembang setaman. Langit keemasan menyeret matahari ke peraduan. Senja tidak membuat Kinanti beralih pandangan. Wanita cantik, anggun tentu saja mandiri karena sudah kehilangan orang-orang yang disayang.

Tuhan belum berhenti menguji, Kinanti harus merasakan kehilangan dan tersakiti keluarga Nastiti.
Bagaimana bisa hidup tenang, jika tempat tinggalnya menyimpan banyak keganjilan. Rumah tua menjadi saksi kematian. Penderitaan Kinanti belum berhenti sampai di sini. Bukan lagi nyawa, melainkan kewarasan dirampas mereka yang memiliki iri dengki.

Posting atas persetujuan Management GoodDreamer.