Kidung Lara Seruling Hantu
71 parts Ongoing Maha Pralaya adalah anomali persaingan dua kerajaan besar Sriwijaya dan Medang. Benarkah perang itu hanya akibat dendam keluarga?
Bagaimana mungkin sebuah kerajaan yang menaklukkan Khmer dan Champa begitu terlena dan mengabaikan keamanan di saat-saat terpenting Perkawinan Ageng Putri Galuh dan Airlangga?
Tenggelamnya Medang dan Munculnya Kahuripan, menjadi saksi lahirnya tokoh pendekar pengelana yang hanya muncul sekali dalam ratusan tahun.
Besar di keluarga yang tidak normal, dengan ibu jalang dan ayah yang lumpuh, tidak membuat Sangaji, calon pengelana ini ikut-ikutan menjadi pemuda yang tidak genah.
Masa lalu yang gelap, justru menjadikannya seorang pendekar yang menyayangi segenap mahluk hidup. Selalu menolong sahabat dan orang-orang yang dikasihinya tanpa mengharap balasan, bahkan tanpa diketahui pleh pihak yang ditolong.
Kecerdasan bawaan yang diasah oleh ayahnya yang lumpuh melalui permainan logika dan contoh-contoh di alam nyata, menjadikannya seseorang dengan kemampuan menyelesaikan masalah pelatihan ilmu kanuragan yang tergolong sangat sulit.
Jadilah Sangaji, bocah pendiam yang melampaui pencapaian paman guru dan kakek gurunya, bahkan menjadikan dirinya setara dengan Mpu sekelas Resi dan Begawan yang sudah berlatih puluhan hingga ratusan tahun lamanya.
Satu-satunya kekurangan dirinya adalah, akar moyangnya yang kabur, bahkan tidak diketahui siapa ayah-bunda sesungguhnya.
Itulah yang mendorongnya menjadi seorang pengelana sejati. Pengelana yang mencari jati diri dan akar moyangnya hingga ke seantero Nusantara.
Sangaji menjadi Pengelana bukan hanya dalam artian harfiahnya mengelilingi seluruh pulau, tapi juga pengelana cinta dan hati.
Irama serulingnya mampu membius ribuan orang, membawa mereka dalam alam yang diciptakan oleh emosi sang peniup suling.
Irama dan perbuatan perwira, yang menyeret perasaan ratusan gadis, yang penasaran akan jati diri Seruling Hantu yang tidak pernah tampak batang hidungnya.