Simpul Mati

Orang terdekat adalah musuh dan hati tidak bisa memilih kepada siapa dia berlabuh. Sesuatu seperti seringan asap dan kabur seperti kelabu namun dia menggenggam dengan erat, tumpuan yang berdiri tegak. Seperti nyata, tapi palsu.

-

Cinta itu tidak mengenal siapa, apa dan bagaimana.

Nagano pernah berdiri di dua sisi hidupnya. Dia membiarkan Karai menyicipi bagaimana rasanya digenggam, dibela, dipertahankan, untuk kemudian dihempaskan. Dia yang pernah memberikan luka dan juga yang saat ini menggenggam tangannya.

Lantas apa yang harus Karai lakukan jika hatinya memilih tempat yang keliru untuk berlabuh?

Karai menggenggam hatinya di kedua tangannya sendiri, dan percaya pernikahan ini hanyalah sebatas ikatan untuk menguntungkan kedua belah pihak. Lainnya halnya dengan Naga, pernikahan ini adalah ajang untuk menebus rasa bersalah. Kendati hidup bersama, tidak lantas membuatnya puas. Dia menginginkan sebuah hubungan yang hidup. Helaan dan hisapan udara seketika membuatnya tunduk, ujung kepala ke ujung kaki.

"Baik. Aku terima jika memang ini adalah jalanku. Jika memang aku mampu bertahan, maka benar adanya kita adalah jodoh. Jika tidak, mari saling melepaskan dengan perlahan."