Anjana, seorang manajer HRD bank swasta, secara tak sengaja bertemu dengan seorang 'anak' di kereta menuju Surabaya. Penampilan yang mencurigakan serta pembawaannya yang dingin serta kaku membuatnya penasaran sekaligus khawatir, hingga 'anak' itu tiba-tiba pingsan ketika kereta berhenti di stasiun tujuannya. Rasa penasaran menyeretnya lebih jauh ke dalam hidup lelaki yang baru dikenalnya, membuatnya memahami banyak hal juga menerima setiap konsekuensi dari pilihannya. Termasuk saat dia menjatuhkan hatinya untuk lelaki itu.
Seta yang tak pernah punya pilihan hidup kali ini sekali lagi hanya bisa menerima bahwa tempatnya pulang tak bisa lagi disebut rumah, dia diusir dan pergi tanpa membawa apapun. Rekeningnya diblokir, putus kuliah, hingga terpaksa menumpang tinggal di tempat kenalannya adalah kenyataan lain yang harus dia terima. Saat perlahan namun pasti rasa nyaman membentur dinding jarak, ketika gadis kenalannya memberi ruang untuknya pulang, Seta tak kuasa mengelak. Di sisi lain, bisakah dia melompati pagar tinggi juga dinding jarak di antara mereka?
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.