"Aku hamil." Dua kata yang sangat sulit Jia katakan itu akhirnya keluar juga dari mulutnya, membuat lelaki dihadapannya diam mematung. "Haidan, aku hamil," ulangnya lagi. "Kamu yakin? Udah cek?" tanya Haidan berusaha untuk setenang mungkin. Jia mengangguk. "Udah minggu lalu, garisnya dua." "Gimana bisa? Hmm maksud aku kita bahkan ngelakuinnya cuma sekali." Haidan mengusap wajahnya frustasi. "Kamu nuduh aku ngelakuin sama orang lain? Mau sekali ataupun berkali-kali, aku cuma ngelakuinnya sama kamu, Haidan!" Suara Jia sudah bergetar. Haidan menghela nafas berat sambil mengacak rambutnya kasar, "bukan gitu ... Jia dengerin aku. Kita masih 18 tahun, kita masih sekolah, kita juga mau kuliah nanti, we still have a long way to go, and i also still have many dreams." Jia mendongak, mencoba menatap mata Haidan. "Maksud kamu?" tanyanya. "Kita gugurin kandungan kam-" Plakkk "Bukan cuma kamu yang punya mimpi, aku juga punya, tapi ..." Jia meraih tangan Haidan kemudian ia taruh keatas perutnya yang masih rata itu. "Ada kehidupan disini, Haidan. Aku gabisa ngerampasnya gitu aja." ©Msjee_, 2022