Pergulatan Na Jaemin dengan kerasnya hidup pada akhirnya membuat sebuah pertemuan yang sangat indah dengan Na Jisung. Meskipun Jaemin harus menuntun Jisung sendirian, dia tetap merasa mampu melakukan itu. Yang dilupakan Jaemin adalah sejauh apapun dia menuntun Jisung sendirian, Jisung membutuhkan tangan lain untuk membantunya.
Jaemin bukan orang lemah, tapi Jisung adalah kelemahannya. Pernyataan itu berlaku setelah malam itu, saat suara tangisan Jisung mulai merambat di telinganya. Saat dimana dunianya menjadi berpusat pada bagaimana cara membuat Jisung tetap bisa marasakan kasih sayang dari orang tua tunggal.
Jaemin sering mendengar bahwa ikatan batin antara orang tua dan anak tidak akan pernah salah. Jaemin akui itu benar dan Jaemin juga merasa bahwa hal itulah yang akhirnya membuat kisahnya justru berubah.
Jaemin cemberut, anak itu terlihat ragu memegang tangannya.
"Apa yang kau takutkan aku masih ayahmu" Katanya merajuk.
"Apa yang kau takutkan aku masih suamimu"
Plaak
"Pergi sana, dasar cabul!"