"Aku butuh kamu seperti jantung butuh detak." -What's Going On With Me
"Karmamu akan datang." -Karina
"Akan kutunggu karmaku." -Jaegar
Pernikahan mereka bukanlah kisah cinta, melainkan bayangan kelam dari sebuah luka yang mendalam. Sang pelaku, tanpa penyesalan, menikahi korbannya-bukan untuk menebus dosa, melainkan untuk menganggap perbuatannya sebagai sesuatu yang wajar. Sementara itu, sang korban, dengan hati yang hancur dan jiwa yang terluka, dipaksa menerima keadaan demi mempertahankan kehormatan yang sejatinya tak pernah ternoda, meski dunia berkata sebaliknya.
Waktu berlalu, dan dalam rahim sang istri tumbuh kehidupan baru: sepasang anak kembar yang menjadi penghubung takdir keduanya. Namun, kebahagiaan itu tergores ironi. Salah satu dari mereka dinyatakan "cacat" sejak dalam kandungan-menjadi pengingat abadi dari luka yang tak pernah benar-benar sembuh.
Arga ; Repihan Rasa TAMAT (sekuel Arga; Pusaran Sesal
45 parts Complete
45 parts
Complete
Seri kedua Arga ; pusaran sesal
Tentang cinta yang salah menyapa, rindu pada yang telah pergi juga dendam yang tak seharusnya tumbuh.
Setelah kematian Aksa. Arga menyibukkan diri untuk mengalihkan rasa sakit akibat kehilangan dengan bekerja. Hingga pada satu titik dia kehilangan tujuan hidup kecuali membayar tagihan. Tak disangka dia bertemu lagi dengan ayahnya dan ingin membuktikan rumor yang pernah terjadi pada adiknya.
"Ayah apa yang lebih memilih mengurusi anak wanita lain daripada darah daging sendiri? Kamu tak ubahnya lelaki egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Aku tak yakin kamu pantas disebut sebagai orang tua."
"Aku tak percaya kata-kata itu keluar dari mulut anak lelakiku yang terpelajar."
Teringat dengan pesan adiknya untuk segera menikah, seorang wanita yang pernah bertemu saat di rumah sakit menyapanya.
"Bukankah di dunia ini tak ada yang sempurna, begitu pula cinta."
Kia menoleh ke Arga yang menatap dengan sorot sendu. Walau sudah mengenal hampir beberapa bulan, lelaki di sampingnya adalah sosok diyakini tengah menutupi luka. Dia bisa melihatnya, lewat bola mata, gurauan atau perkataan langsung seperti sekarang. "Cinta itu memang tak sempurna, oleh itu mereka merayakan ketidaksempurnaan sebagai wujud kebahagiaan dalam pernikahan. Karena sejatinya cinta itu saling melengkapi."