"Jangan sombong-sombong, nanti ndak laku malah bingung mau nyari jodoh dimana" ucap dengan nada mencemooh itu sudah biasa.
"Nanti kalau aku dapet yang aku mau kamu jangan iri"
Tawa menggelegar memecah suasana tegang yang hendak terjadi, tau jika pernyataan tak masuk akal itu tidak akan pernah terjadi. Oh, yang dimaksud juga tentang dua pernyataan diatas, bukan hanya yang terakhir.
Sangat sulit memang menyimpan pendapat yang bertolak belakang dengan pandangan masyarakat lawas, tradisi konyol yang anehnya masih banyak yang percaya. Padahal, kejadian buruk yang menimpa itu karena tarikan kuat dari pemikiran kuno yang kritis pengetahuan. Semesta mengabulkan apa yang pemikiran yakini dan ketakutan yang tak didasari, juga kepercayaan turun temurun yang sebetulnya sudah tidak pas dengan budaya masa kini.
Rahasia yang malah menjadi bumerang dan bahan hujatan tak berprinsip, lucu bagaimana sesama manusia menghakimi hanya bermodal keyakinan diri sendiri, mengabaikan fakta dan tata krama yang seharusnya menjadi dasar pokok sebagai manusia. Norma kebutuhan sosial sebagai manusia sempurna nampaknya sudah terlupakan, lebih penting kehidupan orang lain daripada diri sendiri yang lebih menyedihkan dari tong sampah.
Gween Calista, harus rela mengorbankan kehormatannya demi biaya pengobatan Geisya Putri, sang adik yang terbaring koma di rumah sakit.
Perempuan itu menerima tawaran dari sang Mami yang mengatakan bahwa pria yang membelinya ini adalah seorang impoten, dan beberapa kali menyewa jasa anak-anak Mami Flo untuk percobaan.
Apakah Gween akan berakhir sama dengan wanita-wanita lain yang dibeli Jero Axford? Gween berharap begitu, tapi nyatanya tidak.
Belum lagi fakta hubungan antara Geisya dan pria itu di masa lalu membuat Gween harus memukul mundur perasaannya yang mulai tak tahu diri menjatuhkan hati.