Rhea Trisha Nareshwari, dia bimbang dengan pilihannya ini.
Abinaya Wira Mada Wismaya, teman SMPnya
sekaligus teman SMAnya. Hubungan Abinaya dan Rhea memang sudah dekat,tapi ada yang lebih dekat dari Rhea. Zafira Widhy Sahira, sahabat rumah Abinaya dan saat ini menjadi teman sekelasnya.
Beranjak kelas 2 SMA, puncak kedekatan Zafira dengan Abinaya. Rhea tak menggagas itu, ia juga meyakini Abinaya juga berhak bersama yang lain. Disisi lain Rhea pun juga dekat dengan seseorang,Bumi Aksa Pradita Permana. Aksa panggilannya, Rhea sudah mengenal Aksa sejak dibangku SMP walaupun sebatas tau.
Hubungan Rhea dan Abinaya mulai merenggang, mereka hanya saling melirik dan tak menyapa. Rhea dilemma, Rhea dekat dengan Zafira bahkan bisa dibilang teman dekat. Zafira sering bercerita tentang Abinaya, tanpa tau jika Rhea dulu pernah sedekat itu dengan Abinaya.
Rhea sudah kalah diperjalanan, Nomor 1 akan selalu menjadi nomor 1 dan nomor 2 akan selalu menjadi nomor 2. Sedekat apapun aku dengan abinaya, aku hanya sebagai tempat singgah. Beda dengan Zafira, ia rumah sesungguhnya.
----------------------------
"Abinaya, kamu itu gabisa memahami perasaan kamu sendiri. Kamu harus ikhlasin salah satu bi.."
"Rhea,aku gabisa. Aku masih sayang kamu dan selalu." Abinaya mendekat dan memeluk Rhea
"Kalau kamu sayang aku,gak seharusnya kamu jadiin aku sebagai pelarian Abinaya.Dan maaf, jangan peluk aku begini..aku takut terjadi salah paham" aku melepas pelukannya, mata Abinaya berkaca-kaca.
"4 Tahun bi, 4 Tahun aku berusaha buat bohong tentang perasaan aku. Tapi ini udah fakta bi,aku udah ga sayang kamu dan aku nganggep kamu sebagai temen."
"Berarti dulu, kamu belum suka aku? terus sama aja kamu bohongin aku"
"Iyaa,maaf"
"Abinaya" aku mengulurkan tanganku seakan akan mengajak berjabat tangan.
"Jabat tanganku dan berjanji, setelah hari ini anggep
aja kita orang asing yang tak mengenal dekat satu sama lain."
Seumur hidupnya, Adrian hanya menjadi bayangan di keluarganya sendiri. Hingga suatu malam, satu kalimat menghancurkan segalanya. Ia pergi tanpa menoleh-tanpa rencana, tanpa tujuan. Tapi bisakah bayangan benar-benar menemukan cahayanya sendiri?