"𝓢𝓮𝓹𝓪𝓼𝓪𝓷𝓰 𝓵𝓪𝓻𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓾𝓳𝓾𝓷𝓰 𝓵𝓪𝓻𝓪, 𝓶𝓾𝓷𝓰𝓴𝓲𝓷 𝓴𝓪𝓽𝓪-𝓴𝓪𝓽𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓽𝓮𝓹𝓪𝓽 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓴𝓲𝓼𝓪𝓱 𝓴𝓲𝓽𝓪." -𝓚𝓪𝓷𝓪𝓲𝓻𝓪 Dibawah senja dan dengan suara deru ombak, Aira, gadis itu hanya menunduk sedari tadi. "Gue harus apa, Ra?, lihat gue, Ra!, LIHAT GUE!" Mendengar nada bicara yang meninggi tentu saja membuat Aira reflek menatapkan netranya pada sang pemilik suara. "Setidaknya, mata lo gak munafik kaya lo." "Gue benci mata lo, selalu gak ada binar bahagia."