Aku memilih untuk bertahan, namun nyatanya tidak semudah yang aku bayangkan. Tembok raksasa yang aku bangun atas namamu perlahan mulai tergerus ombak lautan yang mengganas. Menipiskan perlindungan yang mana ada diriku di dalamnya. Aku hanya bisa meringkuk pasrah karena sudah terlampau lelah. Aku biarkan ombak itu terus mengikis tembok itu. Aku sudah lelah untuk memperbaikinya. Aku sudah pasrah. Sudah terlalu lama aku bertahan, tapi aku sudah tidak kuat lagi. Dan dengan lemah, aku memilih untuk menyerah. Membiarkan ombak itu terus mengikis dan mengikis hingga akhirnya menerjang diriku yang rapuh. Tubuhku terombang-ambing di dalam pusaran air. Aku tidak akan melawan. Aku membiarkan tubuhku tenggelam. Tapi lagi-lagi keputusanku salah. Tubuhku kembali menghantam reruntuhan tembok itu. Tidak hanya sampai di situ. Tembok itu bergerak sendiri. Memperbaiki dirinya dan kembali melindungiku di dalamnya. Tembok itu kembali berdiri tegak, bahkan lebih kokoh dari yang sebelumnya. Alih-alih bahagia, aku malah ketakutan melihatnya. Tubuhku yang semula meringkuk, kini lebih meringkuk. Bahkan akan terbenam sempurna jika saja tidak ada tangan yang menarikku keluar dan memelukku erat. "Aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi," bisiknya lembut yang membuat aku kembali menangis dan menggantungkan asa padanya ... lagi.All Rights Reserved