Jika mendengar kata rumah, apa yang langsung terlintas dipikiran? Mungkin orang akan berkata; itu seperti sebuah bangunan hangat, yang setiap kita datang membuka pintu, akan selalu ada orang-orang yang menyambut kita dengan senyum lebar. Tempat yang selalu membuat kita aman dan dapat berteduh dari kekacauan dunia. Atau kita melihat rumah seperti bangunan yang tidak mempunyai arti khusus, yang meski pulang dengan keadaan kacau balau, kita tetap tidak merasa keramahan dunia. Terkadang kita harus mengerti bahwa tidak semua rumah itu ramah. Tidak semua rumah bisa dijadikan tempat pulang, beberapa rumah justru memberi luka paling banyak. "Apakah suatu saat aku juga akan menemukan keharmonisan dalam kata pulang? Atau justru sama sekali tidak?" Pertanyaan itu selalu muncul setiap kali Naren menginjakkan kakinya di bangunan hampa yang ia sebut sebagai rumah. Naren selalu iri, iri dengan mereka yang memiliki keharmonisan dalam kata 'pulang.'
22 parts