Story cover for Why Me? || Zhong Chenle by yellowna_
Why Me? || Zhong Chenle
  • WpView
    Reads 15,539
  • WpVote
    Votes 1,266
  • WpPart
    Parts 34
  • WpView
    Reads 15,539
  • WpVote
    Votes 1,266
  • WpPart
    Parts 34
Ongoing, First published Dec 20, 2022
(BROTHERSHIP + FAMILY) 

Jika mendengar kata rumah, apa yang langsung terlintas dipikiran?

Mungkin orang akan berkata; itu seperti sebuah bangunan hangat, yang setiap kita datang membuka pintu, akan selalu ada orang-orang yang menyambut kita dengan senyum lebar. Tempat yang selalu membuat kita aman dan dapat berteduh dari kekacauan dunia. Atau kita melihat rumah seperti bangunan yang tidak mempunyai arti khusus, yang meski pulang dengan keadaan kacau balau, kita tetap tidak merasa keramahan dunia.

Terkadang kita harus mengerti bahwa tidak semua rumah itu ramah. Tidak semua rumah bisa dijadikan tempat pulang, beberapa rumah justru memberi luka paling banyak. 

"Apakah suatu saat aku juga akan menemukan keharmonisan dalam kata pulang? Atau justru sama sekali tidak?"

Pertanyaan itu selalu muncul setiap kali Naren menginjakkan kakinya di bangunan hampa yang ia sebut sebagai rumah. Naren selalu iri, iri dengan mereka yang memiliki keharmonisan dalam kata 'pulang.'
All Rights Reserved
Sign up to add Why Me? || Zhong Chenle to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Home? by Strand_Meer
38 parts Ongoing
Sebenarnya apa itu rumah? Apa itu hanya sebuah bangunan yang bisa dengan mudah di tinggalkan? Seperti apa rumah itu? Kata orang rumah adalah tempat yang nyaman dan hangat, tempat dimana kita bisa pulang dan beristirahat kala lelah. Rumah tidak hanya berbentuk bangunan, namun juga hubungan yang terjalin dan memberikan sebuah kenyamanan. Rumah juga sebuah tempat untuk tinggal serta melakukan hal-hal dari segi fisik dengan tentram, damai, nyaman serta menyenangkan bagi penghuninya. Angkasa tidak pernah merasakan itu, dia sendirian. Angkasa punya keluarga lengkap, kedua orang tua juga dua adik yang sangat Angkasa sayangi. Namun, mereka tidak pernah menganggap Angkasa ada. Kedua orang tua nya berpisah setelah adik-adiknya lahir, sang ibu membawa si bungsu dan ayah membawa si tengah. Mereka hidup bahagia dengan keluar kecil baru masing-masing, meninggalkan Angkasa sendirian di rumah sederhana peninggalan sang nenek. Angkasa sakit, Angkasa ingin berteriak pada semuanya jika dia juga ingin di perlakukan sama seperti anak-anak yang lain. Namun lagi-lagi semesta seperti tidak mengizinkan hal itu terjadi. Angkasa kembali di khianati dan di buang oleh orang-orang yang dia anggap rumah dan berharga, dua sahabatnya juga kekasih nya yang sangat dia cintai. Ternyata semua yang mereka lakukan selama ini padanya tidak benar-benar tulus, semua hanya permainan dan taruhan dari dua adik kembar nya. Bolehkah Angkasa menyerah? Angkasa sudah sangat lelah, tidak ada warna dalam hidupnya, semua abu-abu dan gelap. Bolehkah Angkasa berhenti berjuang? Namun tuhan membenci hamba nya yang pulang mendahului takdir. . . . . . Warning!!!! Brothership family story BXB AREA AWAS SALAH LAPAK KALAU GAK SUKA SILAKAN MELIPIR SAJA - Semua ide cerita dan nama yang ada didalamnya murni pikiran sendiri. - Jika ada kesamaan nama atau jalan cerita, bukan berarti plagiat. Karena ide cerita bisa saja sama. - Kalau gak suka, gak usah baca... - Cuma minjem visual . . . Start: 1 Mei 2024 End: . .
You may also like
Slide 1 of 10
DUNIA HAMPA cover
Rumah Tanpa Alamat (nct dream) cover
Kemana Arah Pulang? cover
SKY cover
Must goes on [END] cover
YATRAGATA (ON GOING) cover
Home? cover
My Sick Twins! || LHC NJM cover
Luka Naren. cover
Terbit Untuk Terbenam  cover

DUNIA HAMPA

14 parts Ongoing

Hampa, kata itu menjadi hal yang ada di benaknya setiap kali ia pulang ke 'rumah' miliknya. Tak ada niatan baginya, untuk sekedar membuat rumahnya lebih berwarna lagi. Dunianya terasa hampa, setiap kali ia ingin mengeluh. Ia kebingungan, mencari tempat untuk bersandar, dan bercerita tentang hari-harinya yang sulit. 'Rumah' miliknya memang selalu berbeda, di sana sunyi. Di sana tidak terasa seperti ada kehidupan sedikit pun, hampa. Bahkan 'rumah' yang dikatakan orang-orang sebagai tempat pulang itu, tak sama baginya. 'Rumah' yang dianggap sebagai dunia kasih sayang bagi orang-orang, juga tak sama baginya. Semuanya bohong, semua tentang dirinya. Yang katanya menjadi kebanggaan bagi semua orang, tanpa ada kekurangan. Berjuta-juta lara tak pernah absen dari dirinya, seakan-akan seperti tidak ada detik tanpa kebohongan baginya. Sampai kapan, ia harus merasakan semua kesunyian ini? Kapan, kehampaan ini akan usai? Di mana, ia bisa mengekspresikan dirinya, selayaknya remaja pada umumnya?