Sebelum akhirnya dibunuh, Hakim Ekthesi, seorang hakim yang percaya bahwa keadilan dapat direalisasikan di ruang pengadilan tanpa campur tangan orang lain. Ia orangnya tenang, pemikiran terbuka, pintar dan licik, tetapi ia memiliki sebuah penyakit mental yang berkaitan dengan kesulitan mengekspresikan emosi, penyakit itu disebut Alexithymia. Dengan seluruh ingatannya, Ekthesi mendapatkan kehidupan kedua. Hakim Ekthesi Cheksiz yang hanya ada keadilan di matanya, berusaha menegakan keadlian.