"Sajakmu kosong, Ra," celetuk William di suatu hari setelah rapat mingguan OSIS selesai. "Yang mana?" "Kumpulan puisi yang kautulis 2019 kemarin, ada yang membuatmu patah di tahun itu?" tanya William, tangannya tetap bergerak mengikat tali sepatu. "Itu bukan hal yang harus kau tahu," tukas Leara. "Padahal aku pikir kau bisa mengisinya dengan hal-hal yang lebih bermakna, tapi kau membiarkannya kosong tanpa warna," timpal William. "Aku suka hitam, dan kau tidak perlu mencampuri hal-hal kesukaanku," ketus Leara, merasa terusik. "Aku hanya memberi saran, karena kekosongan itu tampak jelas," sinis William untuk pertamakalinya sejak ia mengenal Leara. "Kekosongan itu aku nikmati sendiri, memangnya kau mau mengisinya, hah?! Tidak 'kan?!" bentak Leara dengan nada lirih, ia tak ingin anggota OSIS lainnya mendengarnya. "Akulah orang yang pertama masuk jika pemiliknya mempersilahkan," ucap William penuh penekanan. Sebuah cerita pendek, pernah dikirim untuk lomba antar sekolah sebelum kemudian berakhir sia-sia, tapi masih tetap tak kehilangan harga. Sebab, sang pemberi inspirasi belum mengetahui bahwa cerita ini ada.