Aranda menatap cangkir kopi dihadapannya cukup lama. Coffee shop yang buka 24 jam itu terlihat sepi dengan hanya ada sekitar 4 orang di dalamnya termasuk Aranda. Jadi kenapa ia duduk pukul 8 pagi di tempat yang jaraknya hampir 80 km dari kosan tempatnya tinggal? Helaan nafasnya kembali berhembus entah untuk yang keberapa kalinya. Namun, berapa kali pun Ia menghembuskan nafas, sesak di dada tak kunjung mereda. Kepalanya terus berpikir dan bertanya, setidak layak itukah dia untuk merasakan bahagia, kenapa selama 22 tahun hidupnya ia selalu menjadi pihak yang mengalah bahkan untuk kali ini. Tapi berapa kalipun Aranda bertaya, hidup akan terus berjalan dan ia akan terus bersikap 'ya udah' alias menerima keadaan lagi dan lagi.