Ini adalah kisahnya, semasa jantungnya masih berdetak, saat nadinya masih berdenyut, saat kulitnya belum sepucat sekarang. Aku telah membuka buku kehidupan miliknya, dan dia mempersilahkan kita untuk membacanya. Yang kutahu tentang Laras adalah, ia lahir di keluarga sederhana di zaman penjajahan Belanda. Kedua orang tuanya bekerja di rumah seorang Netherlands kaya raya yang baik hati, sebagai pembantu dan tukang kebun. Hanya itu. Laras tak pernah mau lagi membagi ceritanya padaku. Namun tiba tiba saja, di suatu pagi dia muncul dan menceritakan segalanya. "Gaby, kamu pernah bertanya tentang kehidupanku dulu kan? aku akan menceritakannya. Persiapkan telingamu, karena ini akan sangat panjaangg..." Aku tak pernah menyangka, anak sebaik itu akan memiliki kisah hidup yang rumit dengan akhir tragis seperti ini. Disaat itu juga aku baru menyadarinya. Laras sebenarnya begitu rapuh. Kematian lah yang membuatnya menjadi setegar sekarang. " Aku tak pernah menyesali hidupku. Mungkin memang kehidupan setelah kematian adalah yang terbaik untukku..." Selamat membaca buku kehidupan milik temanku yang baik hati, Laras.