Story cover for 𝐊𝐨𝐦𝐨𝐫𝐞𝐛𝐢 by Syebin
𝐊𝐨𝐦𝐨𝐫𝐞𝐛𝐢
  • WpView
    Reads 56
  • WpVote
    Votes 38
  • WpPart
    Parts 4
  • WpView
    Reads 56
  • WpVote
    Votes 38
  • WpPart
    Parts 4
Ongoing, First published Jan 14, 2023
木漏れ日(komorebi) 
pancaran sinar matahari yang menembus dedaunan atau pepohonan

Harapan, pemantik hidup dimana tidak semua manusia memilikinya. Gadis itu tidak lagi memiliki harapan pada hidupnya yang sudah ia anggap tidak bermakna. Sementara pria itu, dengan senyum bodoh dan mulutnya yang selalu tidak bisa berhenti mengoceh, secara perlahan mengajarkan kembali pada si gadis tentang apa itu harapan.
All Rights Reserved
Sign up to add 𝐊𝐨𝐦𝐨𝐫𝐞𝐛𝐢 to your library and receive updates
or
#74hurtcomfort
Content Guidelines
You may also like
NOESIS  by Reisen_San
10 parts Ongoing
Setiap pagi dimulai dengan nada yang sama. Nada yang tidak asing, tapi juga tak pernah benar-benar diingat. Seperti dengung lembut yang tumbuh dari dinding, atau bisikan yang terlalu sopan untuk membangunkan siapa pun. Anak-anak terbangun perlahan. Mereka tahu kapan harus duduk, kapan harus tersenyum, dan kapan harus mengatakan "terima kasih" pada sesuatu yang tidak pernah mereka lihat. Langit tak pernah berubah. Lantai tak pernah berdebu. Hari-hari disusun rapi seperti barisan seprai yang terlipat. Tidak ada yang jatuh. Tidak ada yang hilang. Kecuali... sesuatu yang tidak pernah disebut. Di antara semua yang seragam, ada satu yang tidak persis cocok. Seorang anak perempuan yang terlalu tenang, terlalu sering diam di tengah keramaian, dan matanya-selalu mencari sesuatu yang tidak terlihat orang lain. Serene. Ia menulis hal-hal kecil di balik kertas tugas. Hal-hal yang tidak pernah diajarkan, dan tidak boleh ditanyakan. Ia mencatat kapan musik terasa sedikit lebih sendu, kapan suara langkah di lorong tidak cocok dengan jumlah kaki. Orang bilang Serene hanya anak yang suka berpikir. Anak yang tidak pernah nakal, tidak pernah melawan. Tapi mereka tidak tahu... diam itu kadang bukan berarti lupa, melainkan mengingat terlalu banyak. Dan pagi-pagi di tempat ini, yang seharusnya hangat dan tenang, perlahan mulai terdengar berbeda- bukan karena ada suara baru, tapi karena seseorang mulai benar-benar mendengarkan. *Update setiap jumat * *Aku butuh sebuah 🌟 agar mereka yang tak terlihat tidak mendekat *
You may also like
Slide 1 of 9
Before I Wake Up cover
(END)The Gentle Death God Laughs Above the Cherry-Blossom Sky. cover
Alasannya, Dibenci Kehidupan cover
Hening Yang Menyebut Namamu cover
Androphobia Love ✔ cover
[✓] Daisy's Memories [Umemiya X F.Readers] cover
Langit yang Sama, Doa yang Sama cover
NOESIS  cover
War is Over, isn't it? cover

Before I Wake Up

4 parts Ongoing

"Ada yang hilang. Selalu." Itu yang Meijingga rasakan seumur hidupnya, kosong di dada yang tak pernah benar-benar terisi, seberapa keras ia mencoba. Sampai suatu malam, ia bermimpi. Bukan mimpi biasa. Terlalu nyata. Terlalu indah. Terlalu... memanggil. Di dunia itu, ia bertemu seorang pemuda dengan tatapan yang hangat, seolah mengenalnya lebih dari dirinya sendiri. Oneria, begitu namanya. Sebuah tempat cantik namun aneh. Waktu seakan berhenti, dan jiwa-jiwa di dalamnya tak bisa pergi. Tapi semuanya berubah ketika ia kembali bertemu dengan seseorang yang tidak seharusnya berada disana. Seseorang yang kehadirannya membuat batas mimpi dan realita semakin kabur. Dan Meijingga mulai menyadari satu hal: dia memiliki hubungan dengan jiwa-jiwa itu... hubungan yang bahkan tidak pernah ia duga. Setiap langkah membawa potongan masa lalu yang ingin ia lupakan, atau mungkin yang selama ini ia cari. Namun semakin jauh ia melangkah, semakin tipis batas antara dua dunia. Sampai akhirnya, ia harus memilih: tetap di Oneria yang terasa seperti rumah, atau kembali ke dunia nyata yang selalu membuatnya merasa kehilangan. "If dreams are warnings... then why does waking up feel like losing something?"