[DUOLOGI DWIPANTARA #1]
"Di Ujung Cakrawala, akan ditemukan semua jawaban dari setiap pertanyaan yang tumbuh di perjalanan yang ditempuhi."
Di dunia yang para Personifikasi tempati ini, terdapat sebuah zat yang mengontrol semua hal dinamakan sebagai 'sihir'. Berbagai macam jenis sihir eksis di dunia ini, namun secara umum dibagi menjadi dua bagian; sihir 'elemental' dan 'supernatural'.
Semakin tinggi tingkat kemahiran sang pengendali dalam menguasai sihirnya, maka semakin tinggi juga tingkat sihir dan kekuatannya. Tetapi, jika sihir yang ia miliki terlalu banyak untuk dikendalikan dirinya, Personifikasi tersebut akan termakan rasa serakah untuk kekuasaan sihir dan menjadi tergila-gila dalam kekuatan.
Dwipantara, lebih dikenal dengan Indonesia, sekilas terlihat sebagai seorang anak penerus keluarga besar ASEAN yang berkepala dingin dan berada di dunia tersendirinya dalam mempelajari sihir kuno walaupun memiliki sihir yang dibilang sedikit sekali...
Ataukah itu hanyalah sebuah ilusi yang ia ciptakan agar ia diremehkan?
Update minimal sekali seminggu, diusahakan setiap hari ada bab baru. Bahasa akan mengikuti diksi pada KBBI kecuali pada bagian dialog dan juga A/N. Semua bab melebihi 500 kata.
Walaupun banyak mengambil trope/kiasan yang populer, alur cerita dan pembangunan dunia merupakan karangan diri sendiri. Dilarang plagiat, jika mengambil inspirasi, mohon memberikan kredit dengan jelas.
Daftar Trope/Kiasan:
- Anak-Anak Provincehumans
- Dunia Sistem Monarki
- Indo x All
- Overpowered MC
- Pangeran Hilang
- Pemfitnahan
- Sekolah Khusus Sihir
- Transmigrasi
[Jumlah Kata: 25.723]
Gambar di cover dibuat oleh relia__wl di Instagram. Hanya dapat dibaca di Wattpad.
Mayor Teddy menyebut Diajeng Serena sebagai Ratu 1001 Modus. Dua tahun terakhir menjalin hubungan tanpa status tak membuat Teddy menjawab soal kepastian.
Lewat tuts piano setelah pertengkaran mereka kala itu, Serena menyuarakan perasaannya. Tentang sakitnya, tentang kecewa dan tentang ikhlasnya.
Serena pernah meminta Teddy mempersembahkan satu lagu untuknya yang ia abaikan, tapi kala itu tanpa diminta Teddy menekan tuts piano demi Serena.