"BEKAL buat siapa?" Beomgyu mendongak. Atensinya berpindah dari kotak bekal lucu di atas meja ke wajah ibunya yang mengernyit penuh tanya. Habis, tidak biasanya Beomgyu menghias bekal makan siang sampai selucu ini. Sempat bingung sedetik harus jawab apa, akhirnya Beomgyu menggeleng. "Buat aku. Makan siang." "Tumben." "Makan siang sama Yeonjun," imbuhnya lagi. Alis ibunya sedikit terangkat. "Oh, yang akhir-akhir ini suka numpang Wi-Fi di sini?" "Numpang Wi-Fi sambil ngerjain tugas, Ma. Iya, Yeonjun yang itu." Tak ingin terperangkap lebih dalam oleh ribuan pertanyaan lain dari ibunya yang ia yakini ada, yang ia tahu juga bahwa mata sang ibu sedang mengekorinya dengan curiga, maka Beomgyu segera menyelesaikan aktivitas menghias bekal itu. Ia buru-buru kabur meninggalkan dapur karena salah tingkah, tidak ingin sampai ibunya menangkap gelagat lain yang ia munculkan dengan tidak sengaja. Seperti, misalnya, pipinya yang mendadak jadi merah muda, atau suara degup jantungnya yang seolah bisa menembus rongga dada. Sedapat mungkin ia harus lari dari pertanyaan yang tak ingin ia jawab. Tapi sayang, ibunya selalu lebih cepat daripada apa pun. "Cuma buat makan sama Yeonjun, tapi kok bekalnya dihias sampe seniat itu? Ada apa?" Mati. Apakah ini salah satu tanda ibunya mulai curiga? --- Genre: School-life, Boys Love, Hurt/Comfort, Heavy Angst with Sad Ending Rating: R Trigger warning: Homophobic environment, rejection, character death (tragically), physical and verbal abuse, violence, abandonment.