"Aku sudah mati, beberapa tahun lalu, tepatnya setelah ibuku tidak lama mati, lantas kau muncul, entah mengapa membuat aku ingin kembali hidup, lantas.."
"Lantas?" Lisa memegang tanganku, sambil menatapku lamat-lamat-lalu aku berfikir, bahwa aku tidak dibolehkan, bahkan hanya untuk berharap bisa menggenggam tangan Lisa.
"Lantas aku tiba-tiba saja tahu, perihal kau tidak akan sudi, bahkan hanya untuk menatapku andai saja kau tahu.."
"Apa kau bahagia?"
"Biarku tanya sekali lagi, apa kau bahagia bersamaku Kakak?" tanya Lisa. Aku mengangguk ragu, namun senyum yang ia sunggingkan jauh dari kata ragu-ragu.
"Aku tidak tahu apa yang sangat kau simpan rapat-rapat sehingga aku tidak boleh tahu, bahkan hanya untuk mengintip, namun, kau berhak bahagia Kakak.."
"Lantas.." ujarku menyela.
"Lantas?"
"Boleh aku pinjam kebahagiaanmu?" tanyaku pelan. Namun Lisa bisa mendengarnya-Lisa mengangguk-Lisa memeluku, Lisa bilang ia punya jutaan rasa bahagia yang bisa ia pinjamkan setiap harinya kepadaku.