"Selamat merayakan badai untuk semua anak yang rumahnya rusak." ••• "Ikut Ibu atau Ayah?" Bahkan kalimat itu tak terucapkan sama sekali oleh salah satu di antara keduanya. Keduanya pergi begitu saja seakan tak memiliki beban terhadap apa yang mereka tinggalkan. ••• Suara yang paling berisik bukanlah suara pertengkaran, melainkan suara hati dan kepala yang saling bertolak belakang. "Harus tetap hidup ya." Raganya diam, namun jiwanya meraung kesakitan.