"Pernahkah Eomma tak menuruti apa yang kau inginkan Jaehyunie?" "Eomma!" "Eomma kecewa, teramat sangat kecewa. Tapi... hhhh... eomma tak akan menyalahkanmu. Apa yang terjadi padamu semua karena salah..." "Aku yang salah eomma. Bukan eomma... hiks... hiks... Eomma...!" Tubuh kecil itu kini sudah memeluk erat tubuh Baekhyun, menangis keras diceruk leher perempuan yang sudah melahirkannya itu. Bukan, bukan yang seperti ini yang diinginkan dari sikap yang diambil ibunya. Dia berharap ibunya memarahinya atau bahkan mungkin memukulnya seperti kebanyakan orangtua diluar sana, yang ketika anaknya melakukan kesalahan maka mereka tak segan melayangkan pukulan. Sangat berbeda dengannya tentu saja. Ketika dia melakukan sebuah kesalahan, entah itu besar atau kecil, maka ibunya hanya akan menangis dan menyalahkan dirinya sendiri. Bukan menyalahkan dia yang adalah pelaku kesalahan itu. Jaehyun bukan tak menyadari perbuatannya, dia tahu dan dia sadar tindakannya memukul temannya adalah salah. Tapi dia tak bisa tinggal diam ketika temannya mengolok-olok dia, dia punya ayah meski ayahnya tak lagi bersama dengannya. Jadi jangan salahkan dia kalau pada akhirnya temannya itu berakhir di rumah sakit. "Baek-ah! Aku rasa kau perlu bicara dengan Junmyeon oppa." lirih Kyungsoo, tunangan Kim Jongin itu terlihat ragu mengemukakan pendapatnya. "Tak perlu Kyungie-a." sahut Baekhyunlemah, dapat dirasakannya pelukan Jaehyun semakin erat di lehernya. "Dia ayah Jaehyun, dia seharusnya juga ikut bertanggungjawab atas semua tindakan Jaehyun. Dia harus tahu putranya tumbuh seperti apa?" "Seperti apa? Jaehyun anak yang baik Kyungie-ah!" nada suara Baekhyun meninggi tanpa disangka-sangka. "Anak yang baik tak mungkin menciderai temannya!" "Do Kyungsoo!"